Rabu, 16 Desember 2009

selamat hari bunda untuk para ibu yang menginginkan menjadi seorang bunda

alhamdulillah mal diberi kesempatan untuk membaca pesan ini,,
terimakasih...
---- Pesan Diteruskan ----
Dari: Syarif Niskala
Kepada: daarut-tauhiid@yahoogroups.com
Terkirim: Jum, 11 Desember, 2009 17:54:07
Judul: [daarut-tauhiid] Ibu atau Bunda?



*Ibu atau Bunda?*

*Oleh Syarif Niskala (also blogged at syarifniskala. com)*

*Menurut pengertian baku yang disepakati oleh forum ahli Bahasa Indonesia,
kata ibu memiliki makna wanita yang telah melahirkan seseorang.. Dengan itu,
seorang istri dapat secara otomatis menjadi seorang ibu manakala telah mampu
melahirkan seorang bayi. Jadi setiap wanita yang sehat organ reproduksinya
akan bisa menjadi seorang ibu, tentunya.*

*Ibu adalah peran logis dari seorang wanita yang mampu melahirkan bayi.
Tugas ibu adalah melahirkan bayi. Hal-hal lain terkait kebutuhan primer bayi
seperti memberikan susu, memandikan, menyuapi, memakai baju, bermain, dan
lain-lain, dapat sepenuhnya ditangani oleh seorang baby sitter.*

Dulu, sebelum teknologi kedokteran mampu mengenali dan mempersiapkan
kelahiran bayi dengan baik, prosesi melahirkan adalah benar-benar gerbang
antara dua alam (dunia dan kubur). Tingkat meninggal ibu-ibu akibat
melahirkan demikian tinggi. Beruntungnya, pelan-pelan teknologi telah mampu
mengantisipasi banyak hal seputar kelahiran sehingga pada masyarakat yang
terlayani medis dengan baik, prosesi kelahiran bisa menjadi momentum
perayaan yang direncanakan.. Masih ingat tanggal 09-09-09? Banyak sekali
ibu-ibu yang memilih tanggal tersebut untuk kelahiran bayinya, tentu saja
dengan cara bedah *caesar*.

*--*

*Bagaimana dengan kata bunda? Menurut proses pembentukan kata, kata bunda
berasal dari kata ibunda. Entah apa latar belakang sejarahnya, tapi makna
terasa dari kata ibunda atau bunda adalah adanya keterkaitan antara ibu
dengan anak. Mungkinkah ibunda merupakan paduan dari kata ibu + ananda?
Entahlah. Yang pasti, seseorang menggunakan kata ibunda untuk merujuk sebuah
penghormatan yang besar antara hubungan anak dan ibu. Seseorang dapat tetap
mengklaim sebagai ibu seorang anak asalkan dapat membuktikan anak itu
terlahir dari rahimnya. Sedangkan untuk mengklaim seorang bunda, tentu tidak
semudah itu kan?*

*Menjadi seorang bunda tidak dapat diraih hanya dalam waktu setahun. Menjadi
seorang bunda membutuhkan kebijakan, kematangan emosi, kedalaman maaf,
pengetahuan yang cukup, wawasan yang memadai, kesabaran yang takberbatas,
keringat takpupus dikeringkan, tatapan penuh kasih sepanjang waktu, belaian
tangan tulus (bukan lembut karena tidak semua tangan penuh kasih itu
berkulit halus), serta tegur empati sapa bersahabat. Menjadi bunda adalah
aktualisasi kasih sepanjang hayat. Menjadi bunda adalah pilihan, bukan
keniscayaan logis kehamilan. Sebagai ibu, Anda dapat memutuskan jadi bunda
atau hanya menjadi ibu, seperti yang telah dipertontonkan oleh banyak ibu
yang meninggalkan bayi begitu saja.*

Menjadi bunda membutuhkan persiapan, latihan, dan pengetahuan, terutama
terkait keberhasilan proses pengasuhan (pendidikan + perawatan). Pendidikan
untuk membangun mental dan perilaku baik manusia baru yang dititipkan
melalui rahim ibu. Perawatan untuk memastikan hak-hak fisiknya terpenuhi
sehingga secara fisik memiliki badan sehat dan kuat. Dengan demikian, insan
(mental, perilaku, tubuh) paripurna menjadi kewajiban hukum sebab-akibat
untuk melahirkannya.

Sahabat-sahabat wanita yang budiman, apakah yang selama ini Anda persiapkan?
Menjadi ibu ataukah menjadi bunda?
Persiapan untuk apakah jadwal rutin ke salon (pedicure, medicure, hair care,
skin care), ke fitness center, atau ke cafe?
Sudah seimbangkah antara besaran anggaran persiapan ibu dan bunda?

--

Seperti yang disampaikan dengan lugas oleh Bunda Neno Warisman dalam
buku *Semua
Ayah Adalah Bintang*, "Belah jiwa ayah, kaum ibu ini, dengan semua
pemberdayaannya ... termehek-mehek sudah....! Itu bahasa yang paling jujur.
Kaum ibu yang sudah pontang-panting, baik yang setengah mati maupun satu
mati, atau 3 mati sekalipun, tetap tidak akan optimal mewujudkan generasi
yang berkwalitas dan seimbang tanpa kehadiran ayah, baik secara fisik,
psikologis maupun ruhani." Benar. Benar sekali apa yang dikatakan Bunda
Neno. Peran pengasuhan adalah peran ayah dan bunda. Anak adalah hasil upaya
dan harapan bersama, maka keberhasilan pengembangannya menjadi tanggung
jawab bersama. Thus, kenapa sekarang menjadi kewajiban monopoli bunda!

Menjelang hari Ibu (saya lebih menyukai dengan istilah hari Bunda) ini, saya
ingin mengajak kaum lelaki untuk menjadi ayah (bukan bapak). Ayah adalah
bapak yang memainkan peran dirinya dengan optimal bagi terbangunnya karakter
keluarga (anak dan istri) yang baik. Juga bagi para calon bapak, adalah
sangat penting dan sangat menentukan segala persiapan atau abai Anda dalam
menyongsong hari jadi bapak. Saya menyaksikan, banyaknya kegagalan dalam
mewujudkan visi keluarga yang bahagia adalah karena abainya banyak pasangan
dalam mempersiapkan diri menjadi ayah-bunda. Bukankah gagal mempersiapkan
berarti mempersiapkan kegagalan?

Kegagalan menciptakan keluarga memiliki dampak pada lemahnya fondasi
masyarakat. Dan itu berarti kita sedang membangun bangsa ini pada fondasi
yang rapuh tak berkarakter.

Selamat Hari Bunda

Dari Ayah yang merindukan adanya hari Ayah

From the note of Syarif Niskala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar